![]() |
Kepala Disbudparpora Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edhi S.Sos., M.Si., |
“Omah genteng disaponi, abot enteng dilakoni,” ujar Judha mengutip pepatah Jawa yang bermakna bahwa tugas seberat apapun akan terasa ringan jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Ia mengungkapkan bahwa Disbudparpora menjadi salah satu penyumbang PAD terbesar selama pemerintahan Bupati Sugiri Sancoko. Pada tahun 2024, dinasnya berhasil menyumbang Rp5,6 miliar, dan menargetkan Rp6,4 miliar pada 2025. Bahkan, ia optimistis angka itu bisa melesat hingga lebih dari Rp12,5 miliar pada 2029.
“Kami tidak ingin Disbudparpora disebut sebagai OPD jompo yang tak punya target. Kami ingin membuktikan bahwa sektor pariwisata, budaya, dan olahraga mampu jadi penopang kuat pencapaian PAD,” tegas Judha.
Dalam paparan tersebut, Judha menjabarkan berbagai program unggulan, termasuk pelaksanaan event tahunan seperti Festival Nasional Reyog Ponorogo (FNRP), Grebeg Suro, Festival Reyog Remaja, Reyog Anak, Reyog Obyog, hingga Reyog Bulan Purnama. Selain itu, ada pula event seni budaya dan ekonomi kreatif yang digelar di berbagai destinasi wisata.
Tak hanya itu, Disbudparpora juga akan memperkuat sektor sejarah dan pelestarian cagar budaya, seperti pembangunan Monumen Reyog, Museum Peradaban, museum transit untuk penyelamatan benda cagar budaya, hingga Haul Batoro Katong dan Haul Tegalsari. Semua program ini diyakini akan menopang kuat ekosistem Ponorogo sebagai episentrum seni, budaya, dan religi.
Judha menambahkan, semua upaya ini merupakan bentuk nyata dukungan terhadap visi dan mimpi besar Bupati Kang Giri dan seluruh masyarakat Ponorogo untuk menjadikan kota Reyog sebagai pusat peradaban yang berkarakter dan mendunia.
Menanggapi hal itu, Bupati Sugiri Sancoko menyampaikan bahwa perubahan besar memang memerlukan perjuangan, terutama dalam mengubah pola pikir.
“Merubah mindset itu tidak gampang, apalagi menyangkut kemauan dan optimisme dari semua pihak. Tapi kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi?” tandas Kang Giri.(AZ)
COMMENTS