Surabaya –Metrowilis.com, Tidak ada yang mustahil bagi mereka yang memiliki tekad kuat. Hal itu dibuktikan oleh Lailatul Qomariah, seorang perempuan asal Pamekasan, Madura, yang berhasil meraih gelar doktor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, 4,00.
Laila, sapaan akrabnya, lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang tukang becak yang kini bekerja sebagai buruh tani. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Laila merasa memiliki tanggung jawab besar untuk memperbaiki kondisi keluarganya.
Perjuangan Sejak S-1
Setelah lulus SMA, Laila menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan mimpinya untuk kuliah. Ia berhasil lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) melalui jalur beasiswa bidikmisi dan diterima di Departemen Teknik Kimia ITS.
Namun, perjuangannya tidak berhenti di situ. Beasiswa sebesar Rp 600 ribu per bulan yang diterimanya harus dikelola sebaik mungkin agar cukup untuk biaya hidup, makan, serta membeli buku. Untuk bertahan, Laila bekerja sebagai guru les privat di sela-sela kuliah. Ia bahkan rela berjalan kaki atau bersepeda ke kampus demi menghemat pengeluaran.
“Pokoknya, saya hanya berpikir jangan sampai putus kuliah karena ekonomi,” ujarnya.
Meski harus tidur hanya empat jam sehari, Laila tetap disiplin dalam membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan sampingan. Ketekunan dan kegigihannya membuahkan hasil. Ia berhasil menyelesaikan S-1 dengan IPK 3,7.
Melanjutkan Studi hingga Jadi Doktor
Setelah lulus S-1, Laila ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Namun, keterbatasan biaya kembali menjadi hambatan. Kesempatan datang ketika program Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dibuka oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti).
Ia pun mengikuti seleksi ketat, termasuk syarat TOEFL minimal 500, Tes Potensi Akademik (TPA) minimal 550, serta IPK minimal 3,5. Berkat kegigihannya, ia lolos dan melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar doktor di ITS.
Saat menempuh program doktoral, Laila meneliti silika, material yang biasanya hanya digunakan sebagai penyerap jamur. Ia menemukan bahwa silika memiliki berbagai struktur yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi.
Cita-Cita Jadi Dosen
Setelah menyelesaikan program doktoralnya, Laila mendapat beberapa tawaran kerja dari perusahaan. Namun, ia lebih memilih mengabdikan diri sebagai dosen di ITS karena memiliki passion dalam mengajar.
“Ada beberapa tawaran dari perusahaan, tapi saya tetap ingin jadi dosen,” katanya.
Kisah perjuangan Lailatul Qomariah membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih pendidikan tinggi. Dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, ia berhasil mengubah nasibnya dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.(sumber unggahan maha dewi)
COMMENTS