Penyusun Pemred Media Metrowilis.com Agus Zahid, SAg |
Batoro Katong adalah figur penting dalam sejarah Ponorogo yang dikenal sebagai pendiri kota tersebut. Ia merupakan adik kandung dari Raden Fatah, Raja Demak pertama, dan keduanya berasal dari garis keturunan kerajaan Majapahit melalui Raja Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Ibu mereka adalah seorang Muslim, yang menjadikan Batoro Katong lahir dan besar dengan pengaruh Islam yang kuat, meskipun kerajaan Majapahit sendiri pada saat itu masih menganut ajaran Hindu-Buddha.
Setelah Raden Fatah mendirikan Kesultanan Demak dan memimpin penyebaran Islam di Jawa, Batoro Katong mendapat mandat untuk memperluas pengaruh Demak ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ponorogo. Tugas utama Batoro Katong adalah menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat pengaruh Kesultanan Demak di wilayah tersebut, yang pada saat itu masih didominasi oleh kepercayaan animisme, Hindu, dan Buddha.
Ketika tiba di Ponorogo, Batoro Katong menghadapi tantangan besar, karena wilayah tersebut sudah dihuni oleh masyarakat yang masih terikat dengan tradisi lama. Namun, dengan pendekatan yang bijaksana dan damai, ia berhasil memenangkan hati penduduk dan memperkenalkan Islam tanpa kekerasan. Batoro Katong juga melakukan pembangunan, termasuk mendirikan pemerintahan lokal, membangun masjid, dan memperkuat ekonomi masyarakat setempat.
Salah satu warisan penting Batoro Katong adalah terbentuknya kadipaten Ponorogo yang menjadi pusat penyebaran Islam di daerah sekitar. Sampai saat ini, Batoro Katong dihormati sebagai figur legendaris dan simbol penyebaran Islam di Ponorogo, dan banyak situs sejarah di Ponorogo yang dikaitkan dengan namanya, seperti Masjid Agung Ponorogo dan makamnya yang menjadi tempat ziarah.
Dengan keturunan Brawijaya V, Batoro Katong dianggap sebagai sosok yang menghubungkan masa akhir Majapahit dengan era baru Islam di Jawa, terutama di wilayah Ponorogo.
Batoro Katong, pendiri Ponorogo, dikenal sebagai adik kandung dari Raden Fatah, Raja Demak pertama, yang merupakan keturunan Raja Brawijaya V (Brawijaya lima), raja terakhir dari Kerajaan Majapahit. Brawijaya V sendiri menikah dengan banyak wanita dari berbagai daerah dan kalangan, termasuk seorang istri Muslim yang melahirkan Raden Fatah dan Batoro Katong. Menurut berbagai sumber sejarah, istri Brawijaya V yang melahirkan mereka berasal dari Campa (Champa), yang saat ini terletak di wilayah Vietnam tengah.
Nama istri Brawijaya V yang berasal dari Campa ini adalah Putri Campa atau dikenal juga sebagai Putri Dwarawati. Campa pada masa itu adalah kerajaan yang beragama Islam, sehingga kehadiran Putri Campa membawa pengaruh besar terhadap masuknya ajaran Islam di lingkungan istana Majapahit. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Campa ini melahirkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa, termasuk Raden Fatah dan Batoro Katong.
Pengaruh Putri Campa sebagai seorang Muslim sangat penting, terutama dalam membentuk karakter Raden Fatah dan Batoro Katong, yang kemudian menjadi penyebar Islam. Setelah Brawijaya V runtuh bersama Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, sedangkan Batoro Katong melanjutkan misi penyebaran Islam di wilayah Ponorogo.
Meskipun ada berbagai versi dalam sejarah lisan dan tertulis tentang hubungan Brawijaya V dengan Putri Campa, kisah ini menjadi salah satu fondasi penting dalam memahami proses transisi dari era Hindu-Buddha Majapahit menuju penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa.(Dari berbagi sumber)
COMMENTS